KAJIAN ISLAM INTENSIF TENTANG MANASIK HAJI DAN UMRAH #5: BAGIAN 05 DARI 30

 

بســـمے الله الرّحمنـ الرّحـيـمـے
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته  

Alhamdulillāh kita bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, shalawat dan salam semoga selalu Allāh berikan kepada Nabi kita Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, pada keluarga beliau, para sahabat serta orang-orang yang mengikuti beliau sampai hari kiamat kelak.

Bapak, Ibu, Saudara-Saudari seiman yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Beberapa keutamaan ibadah haji:

(1) Tidak ada balasan bagi haji yang mabrur kecuali surga.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari abu Hurairah Radhiyallāhu ‘anhu, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

“Haji yang mabrur, tidak ada pahala baginya, kecuali surga.”

(HR Bukhari nomor 1650, versi Fathul Bari nomor 1773 dan Muslim nomor 2403, versi Syarh Muslim nomor 1349)

Jika kita berbicara mengenai surga, luar biasa, yang ada hanya kata-kata māsyā Allāh.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjanjikan dalam hadits qudsi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اللهُ : أَعْدَدَتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر، وَاقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

“Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang shalih (di surga) kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata-mata, dan tidak pernah terdengar oleh telinga-telinga, dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.”

(HR Bukhari nomor 4407, versi Fathul Bari nomor 4780)

Bagi yang sedang tertipu dengan dunianya, yang seakan-akan dia masih hidup sekian tahun, ingatlah surga, tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, terbetik di dalam hati.

Ada orang yang merencanakan, saya sekian tahun lagi, saya nanti begini, saya nanti begini, anak-anak saya begini.

Ternyata besok mati. Yang ada setelah itu hanya pertanyaan, surga dan neraka.

Betikkan saja apa nikmat-nikmat yang ingin anda rasakan, tidak akan pernah sama dengan surga.

Bapak, Ibu, Saudara-Saudari seiman yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Haji yang mabrur, Imam Nawani rahimahullāh mengatakan dalam Syarh Muslim:

أن المبرور هو الذي لا يخالطه إثم

“Haji mabrur itu ialah haji yang tidak dikotori oleh dosapun.”

–> Haji mabrur itu ialah haji yang tidak dikotori oleh dosapun atau haji yang diterima Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang tidak ada riya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq.

(2) Haji sebagai penghapus dosa-dosa yang telah lalu.

Keutamaan yang kedua adalah haji sebagai penghapus dosa-dosa yang telah lalu, sehingga ketika dia selesai menunaikan ibadah haji seakan dia baru keluar dari rahim ibunya.

Siapa yang tidak ingin seperti ini?

Kenapa?

Karena manusia sudah disifatkan oleh Allāh dengan beberapa sifat yang dengan sifat itu kita banyak melakukan dosa.

Suka berbuat zhalim, tidak bersyukur kepada nikmat Allāh. Dengan dua sifat ini saja kita akhirnya banyak melakukan dosa.

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Semua bani Ādam adalah orang-orang yang selalu melakukan kesalahan/dosa dan sebaik-baik pelaku kesalahan adalah orang-orang yang selalu bartaubat.”

(HR Tirmidzi nomor 2423, versi Maktabatu Al Ma’arif Riyadh nomor 2499 dan Ibnu Majah nomor 4241, versi Maktabatu Al Ma’arif Riyadh nomor 4252)

Berarti, keistimewaan yang kedua dalam amal ibadah haji ini sangat kita butuhkan, yaitu dihapuskan dosa karena kita tidak lepas dari dosa.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى هَذَا الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَمَا وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barangsiapa yang datang ke Baitullāh (untuk berhaji) tidak berbuat rafats dan tidak berbuat fasiq. Dia akan pulang sebagaimana dia dikeluarkan dari rahim ibunya.”

–> Rafats adalah perbuatan zina dan seluruh yang berkaitan dengan zina, maksudnya setiap syahwat yang diharamkan antara lelaki dan perempuan.

Hati-hati, jaga lisan dari sekarang.

Jika mempunyai kebiasaan ngobrol dengan teman-teman yang menjurus dibawah pusar dan diantara dua paha, baik laki-laki atau perempuan.

Hal tersebut tidak boleh ketika haji, karena salah satu yang menghilangkan pahala haji adalah perkara ini.

Orang lain berdoa dan berdzikir, dia malah membicarakan sesuatu yang sebenarnya tidak boleh dilihat, terkadang istri orang lain.

Alat-alat elektronik yang anda bawa ketika menunaikan ibadah haji, jangan sampai wukuf di Arafah buka facebook. Bukankah di dalam facebook banyak yang berbau rafats, seperti foto perempuan, foto orang tidak/kurang berpakaian yang tidak boleh kita lihat baik di luar haji, apalagi ketika berhaji.

Oleh karenanya jauhi.

Jaga lisan, jaga mata, karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan sebuah syarat. Inginkah anda ketika pulang haji dalam keadaan seperti baru keluar dari rahim ibu tanpa dosa? Syaratnya berhaji tanpa berbuat rafats.

Kemudian syarat lainnya adalah tidak berbuat fasiq/dosa.

Sebagian para ulama menafsirkan, bahwa fasiq adalah perbuatan dosa yang diperlihatkan dan sebagian lagi menafsirkan fasiq adalah perbuatan kemungkaran seperti bertengkar, kemudian berkelahi. Maka jaga kesabaran ketika menuniakai ibadah haji.

Dia akan pulang sebagaimana dia dikeluarkan dari rahim ibunya, maksudnya tanpa dosa.

(3) Haji sebagai sarana seseorang dibebaskan dari neraka

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمْ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ

Tidak ada satu hari pun yang di hari itu Allāh lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka daripada hari ‘Arafah, sebab pada hari itu Dia turun kemudian membangga-banggakan mereka di depan para malaikat seraya berfirman: “Apa yang mereka inginkan? “

(HR Muslim nomor 2402, versi Syarh Muslim nomor 1348)

Coba perhatikan, ketika menunaikan ibadah haji.

Saat pagi-pagi Bapak menuju Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah, Bapak rasakan hadits ini, “Ya Allāh, ini hari yang paling banyak Engkau membebaskan hambamu dari api neraka, semoga saya termasuk di dalamnya.”

Karena ini amalan, tidak akan didapatkan kecuali oleh orang yang menunaikan ibadah haji, yang wukuf di Arafah. Berarti anda sekarang dipilih oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla menunaikan ibadah haji.

Karena tidak semua orang kaya bisa haji, tidak semua orang yang sehat bisa haji, banyak orang yang lebih kaya dari anda tetapi dia tidak/belum menunaikan ibadah haji atau belum merasa terpanggil/tergerak hatinya untuk menunaikan ibadah haji.

“Belum dipanggil saya”, padahal sudah dipanggil, sudah diundang oleh Nabi Ibrāhim ‘alayhi wa sallam ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman kepada Nabi Ibrāhim.

وَأَذِّنْ فِي النَّـاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيـقٍ

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”

(QS Al Hajj: 27)

Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Nabi Ibrāhim ketika mendapatkan perintah ini dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, beliau ‘alayhi wa sallam mengatakan:

يا رب ، وكيف أبلغ الناس وصوتي لا ينفذهم؟

“Wahai Allāh, bagaimana aku bisa menyeru manusia? Suaraku terbatas, tidak sampai kepada seluruh alam semesta.”

Kemudian kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

ناد وعلينا البلاغ

“Sampaikan seruan dan Kami yang akan menyampaikannya.”

Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menjamin akan suara itu sampai. Akhirnya disebutkan dalam riwayat Imam Ibnu Katsir rahimahullāh, seluruh gunung menunduk, seluruh pohon menunduk, sampailah suara Nabi Ibrahim ‘alayhi wa sallam kepada seluruh manusia pada saat itu, bahkan sampai kepada calon-calon manusia di tulang-tulang sulbi manusia.

Mudah-mudahan ini bermanfaat.

صلى الله على نبينا محمد
و اﻟسّلامــ عليكـمــ ورحمـۃ اﻟلّـہ وبركاتہ 

Bersambung ke bagian 06, In syā Allāh
________

🌾 Donasi Program Dakwah Islam Cinta Sedekah & Bimbingan Islam ;

🌐 http://cintasedekah.org/program-cinta-sedekah/

💰 INFAQ       
🏦 Bank Syariah Mandiri        (Kode Bank 451)
📟 7814 5000 17
🏢a.n Cinta Sedekah Infaq